Kamis, 17 Maret 2011

Pasang Surut, Salah Satu Faktor Penentu Perencanaan Pelabuhan


Pasang Surut, Salah Satu Faktor Penentu Perencanaan Pelabuhan

Bagi negara kepulauan/maritim seperti Negara Indonesia, pelayaran mempunyai peranan yang sangat penting yaitu dalam kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan/keamanan, dan sebagainya. Bidang kegiatan pelayaran sendiri sangat luas, diantaranya meliputi angkutan penumpang dan barang(transportasi), penjagaan pantai hidrografi dan lain sebagainya.
Kapal sebagai sarana pelayaran mempunyai peranan yang penting dalam sistem angkutan laut. Untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut maka diperlukan prasarana yang berupa pelabuhan. Pelabuhan adalah tempat pemberhentian (terminal) kapal setelah melakukan pelayaran.
Di pelabuhan inilah kapal melakukan berbagai aktivitas seperti menaikkan/menurunkan penumpang, bongkar muat barang, pengisian bahan bakar dan air tawar, mereparasi, mengadakan perbekalan dan sebagainya. Mengingat pentingnya pelabuhan dalam sistem angkutan laut, maka pelabuhan hendaklah dilengkapi dengan fasilitas yang memadahi seperti pemecah gelombang, dermaga, penambat, peralatan bongkar muat, gudang, halaman untuk menimbun barang, kantor pengelola, ruang tunggu bagi penumpang, perlengkapan pengisian bahan bakar dan penyediaan air bersih, dan lain sebagainya.
Pelabuhan sendiri mempunyai pengertian daerah perairan terlindung terhadap gelombang yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut. Jadi pelabuhan dibangun pada daerah perairan yang tenang (atau ’sengaja’ dibuat tenang dengan bangunan pelabuhan, seperti pemecah gelombang). Kondisi yang paling mendekati adalah di daerah teluk.
Dalam perencanaan pelabuhan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Faktor faktor ini berpengaruh pada bangunan-nagunan pelabuhan dan kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan. Ada tiga faktor yang harus diperhitungkan, yaitu angin, pasang surut, dan gelombang. Angin sangat penting karena angin menimbulkan arus dan gelombang, angin juga menimbulkan tekanan pada kapal dan bangunan di pelabuhan. Pasang surut penting dalam penentuan dimensi bangunan pelabuhan. Elevesi puncak bangunan didasarkan pada muka air pasang, sedang kedalaman alur dan perairan pelabuhan dirancang berdasar muka air surut.
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu akibat dari adanya tarik menarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meski massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari karena jaraknya terhadap bumi yang jauh lebih dekat.
  1. Kurva Pasang Surut
Menunjukkan hasil pencatatan muka air laut sebagai fungsi waktu.

Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya (bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit tergantung tipe pasang surut). Periode saat muka air naik disebut pasang dan sebaliknya disebut surut. Variasi tersebut akan menimbulkan arus pasang surut. Arus pasang terjadi pada saat muka air pasang dan sebaliknya. Pada saat arus berbalik dari pasang menjadi surut terjadi slack/titik balik. Pada saat ini kecepatan arus adalah nol.
Data pasang surut yang digunakan dalam perencanaan pelabuhan

2. Pembangkitan pasang surut
Gaya pembangkit pasut ditimbulkan oleh gaya tarik antara bumi, bulan, dan matahari. Rotasi bumi tidak menimbulkan pasang surut.

3. Tipe Pasang Surut

Bentuk pasang surut diberbagai daerah tidak sama. Ada 4 tipe pasang surut, antara lain :
  1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama terjadi secara berurutan teratur. Periode pasut rata-rata 12 jam 25 menit. Terjadi di Selat Malaka sampai laut Andaman.
  1. Pasang surut harian tunggal ( diurnal tide )
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan Periode pasut rata-rata 24 jam 50 menit. Terjadi di perairan Selat Karimata.
  1. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Terjadi di perairan Indonesia Timur.
  1. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal)
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, tapi kadang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periodenya sangat berbeda. Terjadi di Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. 


4. Pasang Surut Purnama dan Perbani
Dengan adanya gaya tarik menarik bulan dan matahari , lapisan air di bumi yang atadinya berbentuk bola berubah menjadi elips.
Pasang purnama terjadi ketika bulan purnama atau bulan mati, yaitu kondisi dimana posisi bumi, bulan, dan matahari terletak sejajar. Kondisi seperti ini terjadi sekitar tanggal 1 dan 15 menurut kalender kamariah (tahun yang didasarkan peredaran bulan). Tinggi pasang surut lebih besar disbanding hari-hari lainnya.
Sedangkan pasang perbani(pasang kecil/neap tide) terjadi bilamana bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi, terjadi sekitar tanggal 7 dan 21.gaya tarik bulan terhadap bumi saling mengurangi sehingga pasang surut yang terjadi lebih kecil disbanding hari-hari yang lain. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar.


5. Elevasi Muka Air
Mengingat perubahan elevasi muka air laut setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi yang ditetapkan berdasarkan data pasut sebagai pedoman dalam perencanaan suatu pelabuhan. Beberapa definisi elevasi tersebut adalah sebagai berikut:
  • Muka air tinggi/high water level (HWL) : muka air tertinggi saat air pasang dalam satu siklus pasut.
  • Muka Air Rendah/low water level (LWL) : kedudukan air terendah saat air surut
  • Muka air tinggi rerata/mean high water level (MHWL) : rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun. Digunakan untuk menentukan elevasi puncak pemecah gelombang, dermaga, panjang rantai penampung penambat.
  • Muka air rendah rerata/ mean low water level (MLWL) : rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun
  • Muka air laut rerata/ mean sea level ( MSL) : muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan.
  • Muka air tinggi tertinggi/highest high water level (HHWL) : air tertinggi saat pasang surut purnama atau bulan mati.
  • Air rendah terendah /lowest low water level (LLWL) : air terendah saat pasang surut purnama atau bulan mati. Digunakan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan.
  • Higher high water level : air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti dalam pasang surut tipe campuran.
  • Lower low water level : air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.


    Source : Pelabuhan, Bambang Triatmodjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...