Judul : Drunken Truth
Cast : Cho Kyuhyun, Shin Hyesung
Warning! Drunk scene
Entah kenapa setelah baca beberapa fanfiction aku
jadi pengen juga bikin dan jadinya acakadut seperti ini. Sebenarnya sudah
beberapa kali coba bikin tapi selalu Stuck di tengah jalan dan ceritanya
ga pernah selesai. Bahasanya juga pasti jauh dari standar. Kenapa ceritanya
pendek banget? Just a simple reason: takut
ngelantur ke mana-mana dan jadi ga fokus ceritanya. Penulis belum sampai ke
level itu. Siapa saja yang sudah mampir dan baca, feel free to leave your
comments *big bow*happy reading^^
“Jangan kau pikir aku mengatakan hal ini
karena otakku sedang tidak bekerja sebagaimana mestinya. Mungkin besok pagi akupun
juga akan menyesalinya” -Cho Kyuhyun.
Aku meraih
mantelku setelah menutup ponsel dan bergegas keluar rumah menuju tempat yang
tadi disebutkan oleh orang yang berbicara denganku di telepon.
Malam yang dingin di pertengahan Bulan
Desember. Aku berjalan menyisir salju tebal yang menumpuk di trotoar.
Kurapatkan mantel tebal berisikan bulu itik yang membalut tubuhku hingga
sebatas betis. Langkahku semakin cepat ketika
mataku menangkap lambaian daun maple di depan sebuah gedung yang malam ini
terlihat berwarna gelap karena warna merahnya tersamarkan akibat tidak ada
cukup cahaya yang bisa dipantulkan.
Langkahku
terhenti di depan sebuah bar berkelas. Aku sempat berpikir apakah aku akan
masuk ke dalam atau tidak. Perlahan kulangkahkan kakiku memasuki bar itu.
Begitu sampai di dalam aku segera mengedarkan pandanganku ke seisi bar dengan
cahaya lampu temaram itu. Pandanganku terhenti pada sesosok pria yang tengah
menggoyang-goyangkan gelas wine ditangannya. Aku merasakan ribuan kupu-kupu terbang diperutku begitu
melihat sosok itu dan membuatku gugup. Perlahan aku melangkahkan kaki
mendekatinya.
Tanpa berkata
apa-apa aku duduk bersisian dengan menyisakan jarak yang cukup nyata antara aku
dengannya.
Gerakan sofa
akibat beban tubuhku membuatnya menoleh ke arahku. Sebenarnya aku masih sedikit menyalahkan
diriku kenapa aku datang menemuinya. Sebenarnya aku cukup yakin pria di
sampingku ini tidak akan pernah kehilangan akal sehatnya seberapapun banyaknya
dia menenggak minuman memabukkan itu. Otaknya akan tetap bekerja sebagaimana biasanya
ketika ia sadar. Aku hanya bisa membodohi diriku sendiri sekarang.
“Kau...?” tanyanya
tertahan. Aroma alkohol menguar tajam di hidungku ketika dia membuka mulutnya.
Aku sedikit bergidik melihat berapa banyak botol kosong yang ada di meja di
depan kami. Pria itu menyeringai dan mengalihkan lagi pandangannya ke arah
gelas yang sedang di pegangnya.
“Bagaimana
kau bisa ada di sini? Apa kau diam-diam sering menghabiskan malam di tempat
seperti ini?” ucapnya. Perkataannya itu terdengar seperti ceracauan tidak jelas
yang mau tidak mau membuatku
berkesimpulan kalau dia sudah sedikit tidak sadar.
Sejurus
kemudian pria itu tampak diam dan sibuk memainkan gelas di tangannya. Aku
memperhatikannya dengan seksama. Aku mulai mengalihkan pandanganku ketika
kurasakan ribuan kupu-kupu imajiner seperti menggelitik perutku lagi. Ya, aku
selalu seperti itu jika melihatnya.
Dia akhirnya
hanya terdiam karena aku tidak pernah sekalipun membuka suara untuk menjawab
setiap perkataannya. Dia tahu itu sejak awal. Dan bahkan dulu dia pernah
menemaniku dalam diam selama hampir 3 jam.
Hampir 30
menit aku dan dia tidak terlibat dalam sebuah percakapan. Tanganku langsung
terulur ketika dia berusaha meneguk cairan merah itu.
“Hentikan
Kyuhyun ah. Kau sudah terlalu banyak minum!” aku mengeluarkan kalimat
pertamaku.
Pria itu
bersikeras, tapi karena mungkin memang dia sudah mabuk atau sengaja mengalah,
kekuatannya jadi tidak seimbang dan aku berhasil merebut gelas itu dari
tangannya.
.
.
“Cho Kyuhyun!
Kenapa kau selalu keras kepala seperti ini?” kata Hyesung. Nada bicaranya
sedikit bergetar.
“Kau tahu
seberapa khawatirnya aku ketika pegawai bar menelponku dan mengatakan kalau kau
akan membuat kekacauan karena mereka menolak untuk memberimu botol bir lagi?
Kau tidak akan pernah pernah mabuk, aku tahu itu. Tapi pegawai bar terus
mengatakan hal-hal tidak masuk akal itu padaku. Ternyata kekhawatiranku sama
sekali tidak beralasan. Sekarang terserah kau, aku akan pergi. Aku memberi mu
tawaran, kau pulang sekarang ku antar atau preman bar yang akan mengatasimu”
dia terlihat hendak berdiri dan aku menahannya dengan menarik lengannya.
“Kau
benar-benar akan pergi?”
“Apa yang kau
inginkan Kyuhyun ah? Kau sudah mabuk sekarang! Ku antar kau pulang sekarang
huh?!”
“Ya, aku
memang mabuk saat ini. Dan mungkin aku memang salah kau menemuiku dengan
kondisiku yang seperti ini.” Perlahan aku menggerakkan kepala dan menatapnya
dengan kedua mataku yang sedikit memerah. Aku sedikit keras menarik lengannya
hingga dia kembali duduk di sampingku.
“Besok
mungkin aku akan memikirkan kembali apa yang aku lakukan malam ini dan
menyesalinya. Tapi sekarang, ada yang harus kukatakan padamu. Harus meskipun
dalam kondisiku yang seperti ini.”
Dia terdiam
menyimak setiap kata yang keluar dari mulutku dengan wajah tertunduk.
“Jangan kau pikir aku mengatakan hal ini
karena aku sedang mabuk. Aku selalu ingin
mengatakan hal ini ketika sedang berdiri di depanmu. Tapi yang keluar dari
mulutku selalu berlawanan dengan apa yang ingin aku katakan dan aku selalu
menyesal setelah itu. Aku akan mengatakannya sekarang, aku...” ucapanku
terhenti. Dia tetap menundukkan kepalanya.
“Aku
mencintaimu sejak awal tanpa bisa mengatakannya. Semua menguap begitu saja
sebelum aku mengatakan padamu. Kau mungkin menganggapku pengecut tapi aku
mencintaimu seperti ini tanpa kusadari. Mungkin karena aku
terlalu takut hingga semua yang ingin aku katakan selalu tertahan. Perkataanku
ini mungkin terlihat kekanak-kanakan dan sulit untuk mempercayainya. Tapi aku
janji, aku tidak akan mengatakannya lagi setelah ini. Tidak akan pernah lagi.”
Aku melihatnya tersenyum. Tapi senyum itu terasa sangat ganjil.
“Mengapa kau
tersenyum seperti itu? Apa perkataanku tadi terdengar seperti candaan yang
begitu menggelikan? Aku bukan tipe orang yang bisa mengatakan hal seperti ini kepada
orang lain. Sama sepertimu, hal ini juga terasa aneh bagiku. Maafkan aku karena
mengulangi perkataan yang sama. Tapi hari ini aku akan mengatakan semuanya
padamu. Aku mencintaimu. Dan aku tidak akan mengatakan ini lagi dengan alasan
apapun kelak. Aku bisa menjanjikan hal itu”
.
.
Suara Kyuhyun
terdengar semakin melemah hingga akhirnya tepat ketika ucapannya berhenti
kepalanya sudah jatuh terkulai di atas meja.
Wajahku sudah
memanas sejak tadi dan sekarang air mataku mengalir dengan cepat membentuk anak
sungai di kedua pipiku.
“Aku juga
mencintaimu Kyuhyun~ah..... Tapi semua sudah terlambat sekarang, kau tahu?”
bisikku. Aku menggeser posisi dudukku mendekatinya dan memeluk punggungnya.
“Jika saja
kau mengatakan padaku lebih awal, sebelum aku mengambil keputusan ini..” ucapku
dengan suara tertahan di sela isakan tangisku. Baju Kyuhyun mulai basah oleh
air mataku. Aku memeluknya erat-erat karena aku tahu aku tidak akan bisa
memeluknya lagi setelah saat ini.
.
.
Aku
menegakkan tubuhku dan memikirkan kata-kata yang kudengar dari mulut gadis yang
meninggalkanku beberapa saat yang lalu. Pernyataan Hyesung terasa seperti godam
yang menghantam telak tepat dadaku. Ya, benar. Dia sepenuhnya benar. Semua
sudah terlambat. Aku tersadar bahwa Shin Hyesung sama sakitnya denganku
sekarang.
“Maafkan aku
Hyesung~ah... Maafkan aku karena terlalu pengecut dan tidak bisa mengatakan
padamu sejak awal. Terima kasih karena kau mencintaiku. Semoga setelah ini, kau
bisa hidup lebih baik tanpaku...” aku menatapnya nanar hingga punggungnya
menghilang dari balik dinding bar.
cek cek di coba komen
BalasHapusakhirnya bisa komen juga kk.... deskripsinya jelas, akusuka..gaya bahasanya juga bagus... tapi kependekan, jadi aku penasaran deh kkkk
BalasHapuscek
BalasHapusThank you^^ terlalu terburu_buru yah kesannya. Masih belajar soalnya.
BalasHapus